BAB
I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah
pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau
Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan
menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap kegiatan
sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas
kualitas pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat
dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata
usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus benar-benar mengerti hakekat
dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat
harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang
menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM.
Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus
menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai
“stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam setiap
pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang
demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas
pendidikan didominasi oleh pihak-pihak tertentu yang seringkali memiliki
kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan.
Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk
berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara
siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala sekolah, antara guru dan kepala
sekolah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh
warga sekolah.
Selain kebebasan berpendapat juga harus ada kebebasan
informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah organisasi sekolah,
baik secara internal organisasi maupun secara nasional. Secara internal,
manajemen harus menyediakan informasi seluas-luasnya bagi warga sekolah.
Termasuk dalam hal arah organisasi adalah program-program, serta kondisi
finansial.
Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung
tinggi efisiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi.
Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan sekolah itu
sendiri.
Dengan demikian, penulis berusaha membahas tentang Persiapan,Perencanaan dan Manfa’at TQM
B. Rumusan Masalah
Dalam
hal ini penulis berusaha membatasi pembahasan sebagai berikut :
1.
Pengertian (TQM)
2.
Proses perencanaan (TQM) dalam pendidikan
3.
Tahapan penerapan (TQM) dalam pendidikan
4.
Manfaat penerapan (TQM) dalam pendidikan
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian MMT (TQM)
Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan
pendekatan yang secara terus-menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar
produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam
pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat
(community development).[1]
Dalam pengertian yang lain total quality management
merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi. [2]
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa total
quality management merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha
untuk merespons secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang
didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal.
2. Proses Perencanaan MMT
(TQM) dalam pendidikan.
Dalam penerapan total quality management pada
pendidikan ada beberapa perencanaan yang harus diperhatikan sebagai berikut :
a.
Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
Pemimpin
sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan selalu memotivasi wakil kepala
sekolah dan supervisor lainnya agar selalu berupaya keras dan serius.
b. Menggembirakan
pelanggan adalah tujuan TQM.
Hal
ini dicapai dengan usaha yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
baik eksternal maupun internal. Kebutuhan pelanggan dapat diketahui dengan
mengidentifikasi pandangan-pandangan mereka. Ada beberapa metode untuk
melakukan hal tersebut dengan kuesioner atau dengan berbincang-bincang langsung
dengan masyarakat.
c.
Menunjuk fasilitator mutu:
Terlepas dari posisi individualnya dalam
hirarki birokrasi, fasilitator mutu harus menyampaikan perkembangan mutu
langsung kepada kepala sekolah. Tanggungjawab fasilitator adalah
mempublikasikan program dan memimpin kelompok pengendali mutu dalam mengembangkan
program mutu.
d.
Membentuk kelompok pengendali mutu.
Kelompok
ini harus merepresentasikan perhatian-perhatian kunci dan merupakan
representasi dari tim manajemen senior. Perannya adalah untuk mengarahkan dan
mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah pengembangan ide sekaligus
inisiator proyek.
e.
Menunjuk koordinator mutu.
Dalam
setiap inisiatif dibutuhkan orang-orang yang memiliki waktu untuk melatih dan
menasehati orang-orang lain. Koordinator mutu tidak mengerjakan seluruh proyek mutu.
Perannya adalah untuk membantu dan membimbing tim dalam menemukan cara baru
dalam menangani dan memecahkan masalah.
f. Mengadakan
seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.
Manajemen
senior akan sulit untuk terlibat dalam proses, kecuali jika mereka mendapatkan
informasi yang cukup, baik dalam hal falsafah dan metode peningkatan mutu
institusi. Sehingga tim menejemen senior harus mampu menurunkan pesan mutu ke
tingkat bawah.
g.
Menganalisa dan mendiagnosis situasi yang ada.
Proses
perencanaan ini tidak bisa diremehkan karena ia sangat menentukan seluruh
proses mutu. Seluruh institusi perlu menjelaskan tentang di mana posisinya dan
kemana arah yang hendak dituju.
h. Menggunakan contoh-contoh yang sudah
berkembang di tempat lain.
Ini
bisa berupa adaptasi dari salah satu “guru” mutu, atau seorang tokoh pendidikan
khusus atau mengadaptasi pola TQM yang diadopsi oleh institusi-institusi lain.
i.
Mempekerjakan konsultan eksternal.
Konsultan
dapat digunakan dengan salah satu empat metode utama, pertama mereka
dapat memberikan nasehat awal dan memberi petunjuk serta “merubah” tim
manajemen senior. Kedua, adalah melatih. Ketiga, konsultan bisa
menjadi kritikus hebat ketika mereka diajak untuk mempertanyakan
kebijakan-kebijakan institusi. Keempat, konsultan bisa bermanfaat dalam
menyusun audit formal, penilaian dan evaluasi.
j.
Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf.
Pelatihan
adalah tahap implementasi awal yang sangat penting agar staf mengetahui
dasar-dasar TQM, karena mereka membutuhkan pengetahuan tentang beberapa alat
kunci yang mencakup tim kerja, metode evaluasi, pemecahan masalah, dan teknik
membuat keputusan. Untuk memperlancar program pelatihan, seorang manajemen
senior harus terlibat langsung didalamnya.
k.
Mengkomunikasikan pesan mutu.
Strategi,
relevansi dan keuntungan TQM harus dikomunikasikan secara efektif. Di sana
dapat terjadi banyak kesalah-pahaman tentang tujuan mutu. Program jangka
panjang harus dirancang secara jelas, atau memperjelas alasan penentuan
program. Pengembangan staf, pelatihan dan pembangunan tim adalah sebagian dari
cara yang efektif untuk mencapai program jangka panjang tersebut.
l.
Mengukur biaya mutu.
Pengukuran
biaya mutu harus dilakukan untuk menyoroti upaya peningkatan mutu dan
memberikan motivasi agar institusi terus berpegang pada program yang telah
ditetapkan.
m. Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui
pengembangan kelompok kerja yang efektif.
Pendekatan
ini memfokuskan diri pada pencapaian kesuksesan awal. Ia berfokus pada sesuatu
yang harus ditingkatkan oleh institusi serta menyeleksi alat-alat yang tepat
untuk menanganinya. Mengawali proses TQM dengan menangani masalah yang ada,
dapat menghindarkan TQM dari kelumpuhan.
n. Mengevaluasi program dalam
interval yang teratur.
Review
dan evaluasi teratur harus menjadi bagian yang integral dalam program.[3]
Dilihat
dari pemaparan di atas, setiap kali akan menjalankan suatu proses TQM dalam
sebuah lembaga, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti;
a.
Komitmen dari manajemen puncak.
b.
Komitmen atas sumber daya yang dibutuhkan.
c.
Organization-Wide Steering Committee.
d.
Perencanaan dan publikasi.[4]
Dengan diterapkannya persyaratan dalam implementasi TQM,
diharapkan bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Tahapan Penerapan MMT (TQM)
dalam pendidikan.
Prosedur dalam mengimplementasikan TQM pada dasarnya
menempuh tiga tahapan sebagai berikut :
a). Persiapan.
Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang
harus dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa langkah
yang harus dilakukan adalah : membentuk tim, melaksanakan pelatihan TQM bagi
tim. Merumuskan model atau sistem yang akan dikembangkan sebagai nama
implementasi TQM, membuat kebijakan berkaitan dengan komitmen anggota
organisasi untuk mendukung TQM, mengkomunikasikan kepada semua anggota
organisasi berkaitan dengan adanya perubahan, melakukan analisis faktor
pendukung dan penghambat organisasi, dan melakukan pengukuran terhadap kepuasan
pelanggan internal dan eksternal. Kesemua langkah-langkah tersebut harus
dilakukan secara sistematik dan sistematis dengan dukungan penuh pimpinan dan
anggotanya. Fleksibilitas dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi
masing-masing lembaga pendidikan. Oleh karena itu, dalam tahapan persiapan
memang memerlukan kemauan, perhatian, dan komitmen yang tinggi untuk mendukung
tahapan berikutnya.
b). Pengembangan
system;
Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sistem dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : peninjauan dan pengembangan
model atau sistem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas,
melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur dan petunjuk kerja kepada tim inti
maupun tim imbas secara tuntas, dan melakukan penyiapan akhir baik sumber daya
manusia maupun non manusianya secara cermat dan akurat dalam rangka memasuki
tahapan implementasi sistem kualitas.
c). Implementasi
sistem.
Tahapan implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah
sebagai berikut : melaksanakan uji joba sistem jaminan kualitas dalam lingkup
tertentu berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, and Adjust), anggota
tim menginformasikan kepada pimpinan maupun steering commits berkaitan
dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan secara rinci,
tim mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan (baik pelanggan internal
maupun eksternal), melakukan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan harapan
pelanggan, dan mendiskusikan/ melaksanakan rapat pimpinan dan pelaksana sistem
jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh program yang ada untuk menghasilkan
atau membuat modikasi proses yang diharapkan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Kesemua tahapan tersebut harus dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan. Apabila salah satu tahapan maupun langkah bermasalah, hal
tersebut akan berdampak pada tahapan maupun langkah berikutnya. Oleh karena
itu, setiap ada masalah harus segera dicarikan solusi pemecahannya hingga
tuntas.
Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai organisasi dalam
mencapai prestasi yang membanggakan tidaklah diperoleh dengan begitu saja,
tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukungnya. Factor-faktor yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
a). Kehendak atau
izin dari-Nya.
Allah SWT memiliki kekuasaan yang Maha Kuasa atas segala
alam dan jagat raya ini, sehingga semua yang terjadi di dunia ini adalah karena
kehendak-Nya. Oleh karena itu, keberhasilan organisasi harus diyakini sebagai
kehendak-Nya. Organisasi tidak akan mencapai keberhasilan yang diinginkannya
jika tidak karena mendapatkan izin dari-Nya.
b). Sumber daya
manusia.
Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang yang
terlibat atau terkait dengan penerapan sistem pada sebuah institusi. Mulai dari
unsur pimpinan sampai dengan seluruh para pekerja atau bawahan. Keberhasilan
lembaga pendidikan mencapai prestasi juga ditentukan oleh pemimpin dengan
segala aspek kepemimpinannya.
c). Sumber daya
non manusia.
Sumber daya non manusia juga menjadi faktor penentu
organisasi dalam mencapai keberhasilan dibidang kualitas. Sumber daya manusia
yang dimaksudkan berupa sarana dan prasarana yang digunakan oleh sumber daya
manusia yang ada dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Melalui penggunaan sarana dan prasarana yang ada, semua aktivitas organisasi
dapat ditopang secara lebih optimal.[5]
4. Manfaat Penerapan (TQM) dalam pendidikan.
Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh jika lembaga
pendidikan mampu mengimplementasikan TQM secara baik di masa mendatang.
Beberapa manfaat yang dimaksudkan, antara lain :
a). Pelaksanaan
perubahan/mutasi pegawai tidak mengganggu aktivitas utama lembaga pendidikan.
b). Keluhan dari
pelanggan internal maupun eksternal dapat dieliminasi sekecil mungkin.
c). Pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki dan ada di lembaga lebih optimal.
d). Pelaksanaan
aktivitas utama lebih efisien dan efektif.
e). Memperoleh
pengakuan dari pihak lain (dalam negeri maupun luar negeri) terhadap eksistensi
lembaga pendidikan.
f). Dapat
menjadi model untuk mengembangkan lembaga pendidikan lainnya (yang belum
mengimplementasikan TQM di Indonesia bahkan di asia).
g). Hubungan antar
lembaga pendidikan dengan stakeholders menjadi lebih baik.
BAB III
D. Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas dapai disimpulkan bahwa :
1.
Dalam mempersiapkan sebuah proses dalam penerapan TQM pada pendidikan terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan apa yang telah di jelaskan
di atas, karena hal itu merupakan persyaratan dalam mengaplikasikan manajemen
dalam dunia pendidikan.
2.
Pada pemaparan tahapan implementasi TQM dalam pendidikan dapat disimpulkan
bahwa setiap langkah yang diambil oleh seorang pemimpin dalam menjalankan
tahapan TQM tersebut harus didukung oleh semua aspek, baik itu dari internal
maupun eksternal.
Daftar Pustaka
Hadari Nawari, dalam Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
(TQM) Di Bidang,Pendidikan,(Online) (http://smkn2tanjungpinang.blogspot.com/2009/07/implementasi-manajemen-mutu-terpadu-tqm.html, diakses tanggal 9 November 2014).
Penerapan
TQM dalam Pendidikan, (Online) (http://pernikmagazine.wordpress.com/category/pendidikan/penerapan-tqm-dalam-dunia-pendidikan/, diakses tanggal 9 November 2014)
Edward
Sallis, , Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta:IRCiSod, 2010)
Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana, , Total Quality Managemen (Yogyakarta:TQM, ANDI
OFFSET2003),
[1] . Hadari Nawari, dalam
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Di Bidang Pendidikan, (Online) (http://smkn2tanjungpinang.blogspot.com/2009/07/implementasi-manajemen-mutu-terpadu-tqm.html, diakses tanggal 9 November 2014).
[2] . Penerapan TQM dalam Pendidikan, (Online) (http://pernikmagazine.wordpress.com/category/pendidikan/penerapan-tqm-dalam-dunia-pendidikan/, diakses tanggal 9 November 2014)
[3] . Edward Sallis, Manajemen
Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta :IRCiSod,2010,,) , hal 245 – 253
[4] . Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana, , Total Quality
Managemen (Yogyakarta :TQM, ANDI OFFSET, 2003) hal , 332 – 333.
[5] . Penerapan TQM dalam Pendidikan, (Online) (http://pernikmagazine.wordpress.com/category/pendidikan/penerapan-tqm-dalam-dunia-pendidikan/, diakses tanggal 9 November 2014)
Playtech casino now accepting US players in 2021
BalasHapusThe Playtech casino app for 과천 출장안마 US players is now live. The 논산 출장마사지 launch is available via 창원 출장마사지 the 광명 출장안마 Playtech mobile 상주 출장안마 app, which is available in the Apple App Store and